MENGAPA PLANOLOGI?
media tata ruang – sebuah catatan dari Jilal Mardhani, 28-1-2017, Mungkin Planolog tak percaya bahwa profesi yang dimiliki mestinya paling paham tentang dinamika ruang (kota dan wilayah) berikut perkembangan seluruh muatan dan isinya.
Planolog tak meyakini keahlian dan kemampuan terlahirnya karena tak pernah berkesempatan menggagas, menguji, dan mempertanggung-jawabkan teori maupun hipotesa-hipotesanya secara utuh. Kegagalan memang tak pernah pula diletakkan dipundaknya ketika persoalan (ruang) tak terselesaikan atau tak mampu mencapai kemajuan yang semestinya. Hal yang sebenarnya mampu membangun alas legitimatif bagi profesi tersebut untuk mendapatkan penghargaan layak ketika hal yang sebaliknya berlaku.
Di dunia nyata yang sungguh-sungguh berlangsung di negeri ini, kehadiran planolog memang tak pernah dirasakan selain sekedar kelengkapan administratif yang terlegitimasi. Bahkan mungkin tak ada yang menyadari kebutuhan dan keperluan praktisnya. Demikian yang nyata dan jelas terlihat melalui hiruk-pikuk demokratisasi pemilihan kepala-kepala daerah yang marak sejak Reformasi 1999 lalu. Meskipun tata cara dan tatanan kepemimpinan kota dan wilayah yang baru itu sesungguhnya merupakan pembuka jalan yang nyata bagi kehadiran dan kehormatan profesi Planologi.
Bukankah suara profesi itu tak pernah dicari – apalagi dipertimbangkan sebagai faktor penting dan perlu – pada pemahaman maupun kemampuan para calon kepada daerah selama ini?
Celakanya, profesi planolog sendiri – hingga hari ini – memang tak pernah membangun keagungan dan memelihara keanggunannya. Bahkan dia tak berbuat apapun ketika siapa saja dapat mengaku mampu dan mengerti tentang penataan dan pengelolaan ruang kota maupun wilayah yang mestinya menjadi keistimewaan profesi yang ditekuninya.
Mungkin tanpa disadari, para planolog selama ini telah melecehkan dirinya sendiri.
Ada sanggahan atau pendapat yang lain?
sumber:http://mediatataruang.com
