BIG Kembali Melakukan Pemotretan Garis Pantai menggunakan LSU (LAPAN Surveilance UAV)

NEWS UPDATE

BIG Kembali Melakukan Pemotretan Garis Pantai menggunakan LSU (LAPAN Surveilance UAV)

BIG Kembali Melakukan Pemotretan Garis Pantai menggunakan LSU (LAPAN Surveilance UAV)

Tahun 2016 ini Badan Informasi Geospasial (BIG) dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) melaksanakan kerja sama dalam rangka pemotretan garis pantai di sebagian wilayah pantai Pulau Jawa bagian selatan. Total panjang garis pantai yang akan dipotret dalam kerja sama tersebut sepanjang + 300 km mencakup Yogyakarta-Pacitan-Trenggalek. Pelaksanaan Tahap I dan II (Yogyakarta dan Pacitan) sudah dilaksanakan pada awal maret-awal april 2016, dengan hasil sementara dinyatakan bagus. Sedangkan tahap III dilaksanakan pada 7-9 Mei 2016 lalu bertempat di Pantai Wisata Blado, Trenggalek, bertepatan dengan air surut terendah yang diprediksi terjadi antara pukul 13.00-15.00 WIB.

Adapun pada tahun 2015, BIG dan LAPAN telah melakukan uji coba pemotretan garis pantai di wilayah cilamaya, karawang memanfaatkan LSU (LAPAN Surveilance UAV) dan hasil yang diperoleh dinyatakan bagus. Setelah uji coba tersebut, BIG dan LAPAN kemudian melakukan berbagai perbaikan minor untuk performa pesawat UAV (Unmanned Aerial Vehicle) terkait dengan getaran dan kemampuan kamera yang dipakai telah lebih ditingkatkan.

Kegiatan pemotretan ini dihadiri dan disaksikan oleh perwakilan dari BIG, diantaranya : Dodi Sukmayadi (Deputi Bidang Informasi Geospasial Dasar), Muhtadi Ganda Sutisna (Kepala Pusat Pemetaan Kelautan dan Lingkungan Pantai), dan Yosef Dwi Sigit Purnomo (Kepala Bidang Pemetaan Lingkungan Pantai). Sedangkan dari LAPAN diwakili oleh Rika Andriarti (Deputi Bidang Teknologi Dirgantara) dan Gunawan Prabowo (Kepala Pusat Teknologi Penerbangan).

Dodi Sukmayadi selaku Deputi Bidang IGD mengungkapkan bahwa pemetaan garis pantai sangat diperlukan sebagai salah satu data paling strategis untuk membantu penentuan luas wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). “Terutama wilayah darat, kegiatan ini bisa dilakukan untuk menentukan panjang garis pantai secara akurat dan menghubungkan garis-garis batas wilayah administrasi mulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten, kota hingga provinsi bahkan zona lepas pantai, untuk digunakan sebagai penentuan batas kedaulatan NKRI”, tandas Dodi.

Menjawab pertanyaan mengapa memilih menggunakan LSU untuk memotret garis pantai dari media yang turut menghadiri kegiatan pemotretan tersebut, Dodi mengatakan selama ini terdapat beberapa metode dalam menentukan dan mengukur garis pantai, diantaranya : survei terestris (dilaksanakan langsung ke lapangan), interpretasi foto udara, interpretasi citra satelit dan penghitungan dengan pemodelan garis pantai.

Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dengan foto udara, hasilnya sangat akurat namun membutuhkan biaya yang sangat besar. Sedangkan dengan penginderaan jauh (citra satelit), meskipun data bisa dibeli lebih murah, namun data citra yang diperoleh tepat pada saat air laut surut terendah sulit diperoleh, sehingga kurang reliable untuk keperluan pemetaan garis pantai. Sementara itu jika menggunakan survei terestris, walaupun data yang diperoleh cukup teliti, namun kurang efektif dan hanya cocok untuk daerah-daerah yang dapat diakses secara langsung.

Bagi Kedeputian Bidang IGD BIG, c.q Pusat Pemetaan Kelautan dan Lingkungan Pantai (PKLP), unsur garis pantai merupakan output utama, disamping data kedalaman laut (batimetri), khususnya dalam pembuatan peta Lingkungan Pantai Indonesia (LPI) dan Peta Lingkungan Laut Nasional (LLN) yang menjadi fungsi utamanya. Kegiatan pemotretan ini dilakukan untuk membantu mempercepat proses penarikan, pengukuran dan pemetaan garis pantai di berbagai wilayah Indonesia yang sulit di akses secara langsung dilapangan. Dengan adanya teknologi UAV ini memudahkan BIG untuk memotret dan merekam berbagai bentuk garis pantai.

Deputi Bidang Teknologi Dirgantara LAPAN, Rika Andriarti turut menimpali bahwa data yang dihasilkan oleh LSU bisa memenuhi syarat sebagai data yang akan menjadi acuan pemetaan garis pantai. Kegiatan ini hanya salah satu contoh pemanfaatan dari LSU yang dimiliki oleh LAPAN, sebelumnya pernah digunakan untuk pemotretan pada saat Erupsi Gunung Merapi, Banjir Jakarta, dan lahan sawah untuk memprediksi dan mengetahui umur padi di Subang. Jadi selain memanfaatkan data dari citra satelit, LAPAN juga bisa mendapatkan data yang lebih presisi lagi dari pemotretan yang dilakukan oleh LSU, contohnya pada saat memotret longsor banjarnegara sehingga daerah retakan-retakan tanah bisa lebih terlihat.

LAPAN sebagai lembaga penelitian dan pengembangan, juga wajib memberikan pelayanan kepada masyarakat. Jadi apabila dikemudian hari BIG membutuhkan pemotretan di wilayah yang sangat luas, maka perlu kerjasama dengan instansi lainnya. Karena pada kegiatan pemotretan ini membutuhkan koordinasi dengan banyak pihak, antara lain seperti : puhal lanud Adi Sucipto-DIY, Iswahjudi-Madiun, dan Abdurrahman Saleh-Malang, khusunya untuk perijinan terbang UAV, serta penggunaan landasan terbang di wilayah terbuka disekitar lokasi survei. Selain itu, dimasa depan diharapkan LSU ini dapat di produksi massal oleh kalangan industri dan mampu mencapai daya jelajah pesawat antara 200-340 km, yang mana telah menjadi rekor MURI pada saat diujicoba dari pantai Pameungpeuk ke Pangandaran, serta kamera yang bisa diangkut maksimal 1 Kg SAJA.

Ditambahkan juga oleh Kepala PKLP BIG, Muhtadi Ganda Sutisna bahwa pada tahun 2016 ini setelah tahap I, II dan III selesai dilaksanakan, hasilnya kemudian akan digabungkan (seamless), sehingga akan tergambar satu segmen garis pantai yang utuh dan akurat. Direncanakan pada tahun 2016 ini pula, pekerjaan pemotretan garis pantai akan diteruskan ke arah timur sehingga mencakup seluruh Provinsi Jawa Timur, dan terus ke arah barat sampai ke wilayah Semarang, Jawa Tengah. Kemudian akan dilanjutkan juga di wilayah pulau Batam akan tetapi pelaksananya oleh pihak ketiga, bukan dengan LAPAN, dikarenakan keterbatasan sumber daya khususnya personil.

 

Selain itu, kerja sama ini diharapkan dapat meningkatkan SDM-BIG melaui transfer pengetahuan (transfer of knowledge) dalam metode UAV, khususnya kemampuan ground pilot dalam mengoperasikan UAV saat take off dan landing. Dibarengi dengan perakitan 1 (satu) unit pesawat UAV oleh LAPAN untuk BIG pada tahun 2016. (TN/LR)

sumber:http://bakosurtanal.go.id

gambar: http://www.konfrontasi.com/

AGENDA

0 Komentar

Tulis Komentar