Pengembang Mulai Galakkan Pembangunan Kota Mandiri
Pengembangan kota mandiri yang terintegrasi semakin marak beberapa tahun belakangan, baik di Jadebotabek maupun sejumlah daerah di Indonesia.
Selain semakin mendekatkan pemilik rumah dengan pusat kegiatan ekonomi dan bisnis, pembangunan kota baru juga sebagai solusi pemerataan pembangunan ekonomi di Indonesia. Banyak pengembang properti yang berupaya mewujudkan kota mandiri yang terintegrasi.
Artinya, mereka mengemas kawasan industri terintegrasi dengan sejumlah fasilitas penunjang sehingga menjadi sebuah kota mandiri. Kawasan industri bukan semata bangunan pabrik dan infrastruktur penunjang, seperti fasilitas air bersih, jalan, listrik, dan pelabuhan.
Kawasan industri juga ditopang bangunan residensial dan komersial. Konsep kota mandiri mendekatkan para penghuni dengan pusat kegiatan ekonomi dan bisnis.
Riset yang dilakukan Properti Indonesia menunjukkan bahwa saat ini setidaknya terdapat 20 kota mandiri aktif yang tersebar di wilayah Jabodetabek, Bandung, dan Surabaya. Dikatakan aktif karena kota-kota mandiri tersebut masih memiliki cadangan lahan yang luas, terus melengkapi pembangunan fasilitas, serta memasarkan berbagai produk properti, baik hunian (landed dan apartemen) maupun area komersialnya.
Salah satu contohnya BSD City di Serpong, Tangerang, besutan Sinar Mas Land, yang berkembang pesat menjadi kota mandiri terbesar di Indonesia yang menempati area seluas hampir 6.000 hektare. Saat ini Sinar Mas Land sebagai pengelola tunggal BSD City tengah mempersiapkan berbagai fasilitas dan infrastruktur dalam merealisasikan rencana perusahaan, yaitu mentransformasi BSD City sebagai kota digital yang terintegrasi dan kota kreatif yang memiliki komponen untuk menciptakan suatu ekosistem digital berkelanjutan.
Ada beberapa aspek yang saat ini sedang dikembangkan untuk merealisasikan hal tersebut, di antaranya infrastructure, city management, environment, public service, dan industry support. Keunggulan dari BSD City sebagai ekosistem digital terbagi dalam dua hal, yaitu supporting infrastructures dan supporting environment and culture .
Dalam supporting infrastructures , pengembang akan menyediakan fasilitas digital terhadap kebutuhan masyarakat dalam hal logistic, toll road, transportation, water & electricity, fiber backbone, data center, big data, public Wi-Fi , dan kebutuhan lainnya.
Untuk supporting environment & cultures , Sinar Mas Land akan menyiapkan infrastruktur digital unggulan dalam bidang health care, marketing, retail & hospitality, greenery, government relation, convention center, serta surrounding neighborhood. Sementara, sejak 1989, pengembang PT Jababeka Tbk. (Jababeka) melakukan transformasi kawasan industri Jababeka dengan membangun Jababeka Residence. Kawasan ini terdiri atas hunian dan area komersial seluas total 170.000 m2 untuk fase pertama.
Direktur Jababeka Suteja Sidarta Darmono mengutarakan, transformasi ini dilakukan untuk mengubah citra Kota Jababeka dari kawasan industri modern menjadi kawasan hunian terpadu. “Kami sudah memulai pembangunan Jabebaka Residence selama 27 tahun sampai sekarang sudah matang. Dulu masih kawasan industri Jababeka. Sekarang kami fokus membangun kawasan hunian terpadu,” ucapnya.
Suteja, yang juga Presiden Direktur PT Grahabuana Cikarang, mengungkapkan, perseroan sudah meluncurkan produk properti di Jababeka Residence sejak 2013. Langkah itu merupakan titik awal Jababeka mengubah target pasar yang dibidik. “Memang dulu kebutuhannya adalah hunian menengah ke bawah dan sudah kami penuhi pembangunannya. Sekarang kebutuhannya bergeser menjadi kelas menengah atas dan atas,” sebutnya.
Dia menuturkan, fase pertama pembangunan Jababeka Residence meliputi hunian dan area komersial dimulai pada 2015 dan diperkirakan selesai pada 2019. Sementara itu, di Semarang Barat, Jawa Tengah, tengah dikembangkan menjadi kota mandiri dan terpadu yang menyediakan hunian terencana.
“Kami akan mewujudkan Semarang Barat, yaitu kawasan Bukit Semarang Baru (BSB) sebagai kota yang mandiri sebagai kawasan terpadu. Menyediakan hunian terencana tidak hanya permukiman, tetapi juga restoran, perbankan, sekolah, perguruan tinggi, kawasan industri, dan masih banyak lagi,” tutur General Manager BSB Nur Cahyo Wibowo.
Dia menuturkan, wilayah Semarang Barat memang tidak berada di pusat kota. Karena itu, konsumen yang tinggal di BSB tak perlu harus jauh-jauh ke pusat kota untuk bekerja, makan, bersekolah, dan aktivitas lainnya. Di sini sudah ada pengembangan sejumlah kantor industri, sekolah, restoran, perbankan dan lainnya. “Nantinya Semarang Barat atau kawasan BSB akan menjadi kota yang mandiri. Semuanya ada di sini,” ucap Cahyo.
Total lahan kawasan BSB sebesar 1.100 hektare yang memiliki kawasan yang terbagi dalam beberapa lokasi, yaitu BSB City, BSB Jatisari dan BSB Village. Luas BSB Jatisari total ada sekitar 200 hektare dan sekitar 2.000-3.000 unit rumah terjual habis.
sumber: http://economy.okezone.com