Urban Farming adalah Upaya Melestarikan Ruang Kota

NEWS UPDATE

Urban Farming adalah Upaya Melestarikan Ruang Kota

Urban Farming adalah Upaya Melestarikan Ruang Kota

Semakin terbatasnya lahan akibat pembangunan membuat kegiatan berkebun jarang ditemukan di kota. Terlebih lagi tidak tersedianya waktu bagi masyarakat kota yang cenderung disibukkan dengan pekerjaan. Namun, tahukah Anda bahwa kini berkebun pun tidak mustahil dilakukan di kota. Kegiatan ini lebih dikenal dengan sebutan urban farming.

 
Tentu saja berkebun di lokasi padat penduduk, seperti Jakarta dan kota - kota besar lainnya berbeda dengan di desa yang masih memiliki lahan cukup luas. Butuh siasat tersendiri. Dengan kreativitas dan kemauan tinggi, ide memiliki kebun di halaman rumah pun bisa terwujud. Pada dasarnya berkebun memang bisa dilakukan di mana saja. Hanya saja kita harus menaruh perhatian lebih pada jenis tanaman yang akan dipilih. Untuk lahan yang sempit, Anda bisa memulainya dengan menanam basil , cabai, tomat, atau sawi. Tapi, tidak menutup kemungkinan untuk mencoba jenis tanaman yang lain sebagai variasi.
 
Bisa dibilang, urban farming atau berkebun di kota muncul sebagai jawaban atas kegelisahan masyarakat menyikapi semakin terbatasnya lahan. Diperparah dengan tingkat polusi dan minimnya kawasan hijau membuat kota semakin gersang. Mereka yang masih peduli dengan lingkungan pun mencoba mencari jawaban atas kegelisahan ini. Dari sinilah konsep urban farming lahir dan akhirnya dikenal secara luas.
 
Secara umum, urban farming merupakan kegiatan pertanian yang dilakukan dengan memanfaatkan lahan sempit di perkotaan. Kegiatan urban farming mencakup kegiatan produksi, distribusi, hingga pemasaran produk-produk pertanian yang dihasilkan. Bagi masyarakat kota, urban farming biasanya lebih bersifat rekreasi. Ada kepuasan tersendiri jika kebun sederhana yang dikelola membuahkan hasil dan dapat dikonsumsi.
 

Sejarah Urban Farming

Urban Agriculture sebenarnya sudah ada sejak zaman dulu, tepatnya di Machu Pichu, di mana sampah-sampah rumah tangga dikumpulkan menjadi satu dan dijadikan pupuk. Air yang telah digunakan masyarakat dikumpulkan menjadi sumber pengairan melalui sistem drainase yang telah dirancang khusus oleh para arsitek kota di masa itu.
Pada Perang Dunia II di Amerika Serikat dicanangkan program Victory Garden, yaitu membangun 
taman di sela-sela ruang yang tersisa. Program ini dipercaya menjadi cikal-bakal gerakan urban farming . Dari program tersebut pemerintah Amerika Serikat mampu menyediakan 40% kebutuhan pangan warganya pada waktu itu.
Perhatian akan manfaat Urban Agriculture menjadi berkembang ketika masyarakat di berbagai belahan dunia menyadari bahwa semakin hari pertumbuhan penduduk semakin besar dan kebutuhan akan makanan juga bertambah, sementara luas lahan pertanian semakin berkurang. 
Maka mulailah lahan-lahan kosong di daerah perkotaan dipakai sebagai tempat bercocok tanam. Mulai dari lahan sempit di depan rumah hingga atap - atap gedung-gedung pencakar langit, kini dimanfaatkan sebagai tempat untuk melaksanakan kegiatan berkebun.
 
Selain menyenangkan, urban farming juga membantu memberikan kontribusi terhadap ruang terbuka hijau kota dan ketahanan pangan. Bisa dibayangkan jika setiap gedung mengadopsi kegiatan urban farming. Tentunya Jakarta akan semakin hijau dan sejuk.
 
Untuk saat ini, tren urban farming sedang menjangkiti beberapa kota besar, antara lain Surabaya dan Jakarta. Begitu besar manfaat urban farming bagi lingkungan. Oleh karena itu, lebih baik manfaatkanlah lahan kosong Anda sekarang juga. Akan lebih menyenangkan jika kegiatan ini juga melibatkan anggota keluarga, terutama anak-anak. Selain untuk mengenal alam dan menambah pengetahuan, momen berkebun juga bisa digunakan untuk menikmati waktu bersama keluarga.
 

Manfaat Urban Farming

  1. Urban farming memberikan konstribusi penyelamatan lingkungan dengan pengelolaan sampahreuse dan recyle.
  2. Dapat menghasilkan oksigen dan meningkatkan kualitas lingkungan kota. Untuk konsumsi pribadi sebagai bagian dari gaya hidup organik yang sehat.
  3. Membantu menciptakan kota yang bersih dengan pelaksanaan 3R (reuse, reduse, recycle) untuk pengelolaan sampah kota.

sumber:http://www.radarplanologi.com/

AGENDA

0 Komentar

Tulis Komentar