TAK CUKUP SMART SAJA, KOTA JUGA PERLU GREEN

NEWS UPDATE

TAK CUKUP SMART SAJA, KOTA JUGA PERLU GREEN

TAK CUKUP SMART SAJA, KOTA JUGA PERLU GREEN

Pemerintah dianggap terlalu mengikuti tren dalam menerapkan smart city lantaran belum ada dasar hukum yang kuat dalam pengembangan konsep ini.

Menurut pengamat tata kota dari Universitas Trisakti Nirwono Yoga, landasan yang tertera dalam undang-undang baru konsep green city.

“Dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Undang-Undang nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, baru kata-kata green city yang masuk,” jelas Nirwono.

Sejauh ini, menurut Nirwono, masih banyak yang salah persepsi tentang smart city dan green city. Green city adalah suatu konsep upaya untuk melestarikan lingkungan. Caranya, dengan mengembangkan sebagian lingkungan suatu kota menjadi lahan-lahan hijau yang alami untuk menciptakan kekompakan antara kehidupan alami lingkungan itu dengan manusia.

“Konsep green city bertujuan agar terdapat keseimbangan dan kenyamanan dari manusia yang menghuni dan lingkungan itu sendiri,” kata Nirwono.

Sedangkan smart city adalah konsep perencanaan kota dengan memanfaatkan perkembangan teknologi yang akan membuat hidup yang lebih mudah dan sehat, dengan tingkat efisiensi dan efektifitas yang tinggi.

Menurut Nirwono, akan lebih baik jika pemerintah menerapkan konsep green city terlebih dahulu. Baru setelah itu, mengembangkan smart city. Dengan begitu, kota-kota di Indonesia bisa menjadi kota ramah lingkungan, hemat dan cerdas.

Namun, kata dia, masih banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi oleh Indonesia untuk mewujudkan smart city seperti yang diharapkan. Ada tiga faktor yang harus diperhatikan oleh pemerintah.

Pertama, masalah infrastruktur teknologi yang masih belum bisa dikuasai Indonesia, seperti jaringan internet dan kelistrikan yang masih tidak merata. Sebab, smart city membutuhkan jaringan internet dan kelistrikan yang stabil.

“Kemungkinan smart city hanya bisa diterapkan di wilayah Jawa saja, karena masalah jaringan internet dan kelistrikan. Coba bayangkan di daerah timur seperti Papua, masih susah untuk menerapkan smart city. Kalau pemerintah serius, dalam 5-10 tahun Indonesia baru bisa menerapkan smart city,” tambah Nirwono.

Kedua, masalah sumber daya manusia (SDM) yang masih belum mumpuni menerapkan teknologi smart city. Permasalahannya, menurut Nirwono, karena masyarakat Indonesia baru sebatas menggunakan gadget untuk permainan saja. Bukan untuk pekerjaan atau pemanfaatan tata kota.

Sedangkan yang ketiga, tidak adanya anggaran khusus untuk mengembangkan smart city. Sebab, pembangunan smart city tidak masuk dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).

sumber:http://www.varia.id

gambar: http://4.bp.blogspot.com

AGENDA

0 Komentar

Tulis Komentar